Penerapan IQ, EQ, dan SQ dalam dunia pendidikan dan contohnya
Terdapat
3 macam kecerdasan yang sudah seharusnya diajarkan dalam dunia
pendidikan. Pertama IQ (Intelligence Quotien) atau Kecerdasan Intektual,
yang berarti kecerdasan logika berfikir seseorang dengan menilai hasil
akhir tanpa melihat pentingnya proses yang dilakukan. Orang yang hanya
mempunyai kecerdasan IQ akan berfikir matrealis dan pragmatis. Generasi
seperti ini akan mencetak generasi yang cerdas namun menipu. Tidak heran
banyak koruptor yang secara akademik cerdas namun di sisi lain
merugikan dengan kecerdasan menipunya.Kedua EQ (Emotional Quotient) atau
Kecerdasan Emosional, yang berarti kemampuan seseorang untuk menerima,
menilai, mengelola, serta mengontrol emosi diri dan orang lain.
Seseorang yang tidak mampu memanajemen EQ yang baik akan merasa
kesulitan dalam mengontrol emosinya. Tidak heran banyak kaum intelektual
yang IQ nya tinggi namun mempunyai gangguan kejiwaan.Ketiga SQ
(Spritiual Qoutien) atau Kecerdasan Spiritual, yang berarti kecerdasan
yang menghubungkan manusia dengan Tuhan dengan cara bertakwa
(mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya). Kecerdasan ini
berkaitan erat dengan keadaan mengambil hikmah dibalik kejadian buruk
yang menimpa setiap individu. Unsur rohani manusia hanya mampu
terpuaskan oleh nilai spritual yang dipelajari dari pengetahuan agama.
Orang yang mempunyai SQ yang cukup akan mengambil hikmah dari setiap
pengalaman yang diperoleh meski dalam kondisi apapun. Dari sini dia akan
mendapatkan ketenangan hati.Dalam penerapannya, lembaga pendidikan
memang sudah mengajarkan pengajaran berbasis IQ, namun kebanyakan hanya
sebatas “Learning to See”. Murid hanya diajarkan melihat papan tulis
tanpa memperdulikan apakah murid tersebut paham atau tidak. Hal ini
mengajarkan murid hanya pandai berteori tanpa bisa mempraktekkan
ilmunya. Banyak lulusan universitas yang tidak mempunyai Skill, tidak
heran terdapat banyak pengangguran dari kalangan sarjana. Skill tercipta
bukan hanya dari materi tapi juga praktek. Selain itu, pengajar
seharusnya memastikan muridnya agar bisa melakukan praktek setelah teori
diberikan (Learning to Do), sehingga pengetahuan yang diberikan bisa
langsung diaplikasikan.Dalam hal EQ, lembaga pendidikan seharusnya
mewajibkan muridnya mengikuti organisasi di universitasnya. Kenapa
organisasi? Karena organisasi merupakan wadah berkumpul dan
bersosialisasi antar pelajar. Organisasi merupakan lahan simulasi awal
dari kehidupan dunia luar yang sebenarnya. Dengan ini, murid bisa
mempelajari ilmu tentang leadership dengan berbagai dinamika dunia luar
yang penuh tekanan. Berdasarkan data hasil penelitian Harvard
University, Amerika Serikat mengungkapkan ”kesuksesan hanya ditentukan
sekitar 20% oleh hard skill dan 80% sisanya oleh soft skill”. Soft skill
dapat di latih dari kegiatan organisasi.Metode pembelajaran dalam hal
SQ bisa dimaksimalkan seperti pembelajaran IQ, yaitu learning to see dan
learning to do. Dalam learning to do, pelajar dituntut untuk bisa
mempraktekkan materi, misal materi tentang sholat.Selain itu, faktor
lain seperti dukungan dan pengawasan orang tua, masyarakat, serta
pemerintah dalam penerapan ketiganya sangat dibutuhkan mengingat tempat
belajar bukan hanya di sekolah. Ketiganya merupakan elemen penentu
seseorang memutuskan sesuatu. Hal ini akan menimbulkan kebijakan
keputusan yang hakiki sesuai dengan nalar, emosional, serta perintah
Tuhan. Jika semuanya terwujud maka tidak ada lagi istilah sarjana yang
menganggur, depresi, menjadi koruptor hingga unsur negatif lain.
Sehingga kedepannya Indonesia mempunyai generasi muda yang tangguh dan
berkualitas yang mampu memimpin negeri ini menjadi lebih baik serta
berguna bagi nusa, bangsa, dan agama.
Sabtu, 24 Oktober 2015
Penerapan IQ, EQ, dan SQ dalam dunia pendidikan dan contohnya
12.54
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar